CONTOH Makalah Ilmu Sosial Dasar (PERKEMBANGAN AGAMA DI INDONESIA)
PERKEMBANGAN AGAMA DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas
makalah
mata kuliah ilmu sosial dasar (ISD)
Oleh :
Ahmad
Syauqi Rahman
STAI MA’HAD ALY AL-HIKAM
MALANG
Jl. Cengger Ayam No.25 Malang 65141 Telp. (0341) 495375
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Di Indonesia terdapat enam agama yang disahkan oleh hukum
di Indonesia, Berdasarkan Penjelasan
Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di
Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius)”. Agama-agama tersebut
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat di
Indonesia, yakni sebagai penyeimbang diantara perbedaan-perbedaan serta
keragaman yang ada di Indonesia, hal ini telah dinyatakan oleh prinsip pertama
dalam ideologi pancasila, yakni “ketuhanan yang maha Esa”,
Dengan adanya hukum yang mengawali agama-agama yang
berkembang di Indonesia, menjadikan setiap dari warga Indonesia memiliki
kebebasan dalam memeluk agama kepercayaan masing-masing, tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Bisa dibayangakan, bagaimana jika kebebasan memeluk
kepercayaan masing-masing di Indonesia, tidak di landasi dengan hukum yang
berlaku di Indonesia, maka hal yang terjadi adalah, akan adanya paksaan dalam
beragama dan hal ini mengganggu tercapainya cita-cita bangsa Indonesia, yakni
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, disebabkan tidak adanya
toleransi dalam beragama. Dan hal lain yang dapat terjadi, adanya diskriminasi
antara agama mayoritas terhadap agama minoritas.
Dalam makalah kali ini, Selain membahas perkembangan
agama di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, kami juga mencoba
lebih memfokuskan pembahasannya terhadap perkembangan agama mayoritas yang
dianut oleh warga Indonesia, yakni agama Islam. Bagaimana agama Islam
berkembang di Indonesia, serta apa saja yang menjadi faktor-faktor
berkembangnya agama Islam di Indonesia,
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, penulis mencoba
membatasi ruang lingkup penulisan makalah ini dengan hanya membahas tentang
beberapa hal sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan agama di Indonesia ?
2.
Bagaimana perkembangan agama Islam di Indonesia ?
3.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pesatnya perkembangan agama Islam
di Indonesia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Setelah penulis merumuskan masalah,
akhirnya penulis dapat menentukan tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama Islam di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pesatnya perkembangan
agama Islam di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Agama di
Indonesia
Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama
dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal,
Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa
perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.
Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia
sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika pedagang dari India datang ke
Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di
pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang
juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah
ajaran Buddha dan Hindu telah mempengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti
Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra.Sebuah candi Buddha terbesar di
dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama,
begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan
Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi
zaman keemasan dalam sejarah Indonesia[1].
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14
M. Berasal dari Gujarat, India, Islam menyebar sampai pantai barat
Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat
beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten. Pada
akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi
Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa
Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali
diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran
Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian
Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk
Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui
pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah
Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah
orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.
Perubahan penting terhadap agama-agama juga
terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara
PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan
terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk di abad ke-20. Atas dasar
peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung
PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih
suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis.Sebagai hasilnya, tiap-tiap
warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang
menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama
secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan
Kristen Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal
agama, banyak orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha[2]
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan
Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”[3].
1. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk
Muslim terbanyak di dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut
ajaran Islam. Mayoritas Muslim
dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera.
Sedangkan di wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di
kawasan barat. Sekitar 98% Muslim di Indonesia adalah penganut aliran Sunni.
Sisanya, sekitar dua juta pengikut adalah Syiah (di atas satu persen), berada
di Aceh.
Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks
dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Pada
abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha,
seperti Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak
pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak
penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatera. Dalam
beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dalam bentuk yang
berbeda jika dibandingkan dengan Islam daerah Timur Tengah[4].
Ada pula sekelompok pemeluk Ahmadiyah
yang kehadirannya belakangan ini sering dipertanyakan. Aliran ini telah hadir
di Indonesia sejak 1925. Pada 9 Juni 2008, pemerintah Indonesia mengeluarkan
sebuah surat keputusan yang praktis melarang Ahmadiyah melakukan aktivitasnya
ke luar. Dalam surat keputusan itu dinyatakan bahwa Ahmadiyah dilarang
menyebarkan ajarannya.
2. Kristen
Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia
selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang
mereformasi Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham
Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20,
yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti
di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika
terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai
orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya
yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan
mengalami suatu pertumbuhan anggota[5].
Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas
penting di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 97% penduduknya
adalah Protestan, terutama di Tana Toraja, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Sekitar 75% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah,
keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda terhadap aliran
Protestan ini, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.
Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang
mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Sulawesi Utara dan
Sumatera Utara (Batak) dengan 90% – 94% dari jumlah penduduk. Di Papua, ajaran
Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. Di Sulawesi Utara,
kaum Minahasa, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-18. Saat
ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran
Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa dan Madura yang
beragama Islam juga mulai berdatangan. Sepuluh persen lebih-kurang; dari jumlah
penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan[6].
3. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu
tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan
kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah
kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu
yang dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini
hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini,
dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.
Hindu di Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya
di dunia. Sebagai contoh, Hindu di Indonesia, secara formal ditunjuk
sebagai agama Hindu Dharma, tidak pernah menerapkan sistem kasta. Contoh lain
adalah, bahwa Epos (sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah
kepahlawanan/Wiracarita (bahasa sangsekerta) yang berarti kisah pahlawan) yang
ada didalam kebudayaan Hindu,
seperti Mahabharata
(Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan Rama), menjadi
tradisi penting para pengikut Hindu di Indonesia, yang dinyatakan dalam bentuk
wayang dan pertunjukan tari. Aliran Hindu juga telah terbentuk dengan cara yang
berbeda di daerah pulau Jawa, yang jadilah lebih dipengaruhi oleh versi Islam
mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam Abangan atau Islam Kejawen[7].
Semua praktisi agama Hindu Dharma berbagi
kepercayaan dengan banyak orang umum, kebanyakan adalah Lima Filosofi: Panca
Srada. Ini meliputi kepercayaan satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan
didalam jiwa dan semangat, serta karma atau kepercayaan akan hukuman
tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan atas siklus kelahiran kembali dan
reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait dengan banyak sekali yang berasal
dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu disini lebih memusatkan
pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan kepercayaan.
Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di
Indonesia pada tahun 2006 adalah 6,5 juta orang), sekitar 1,8% dari
jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor empat terbesar. Namun jumlah ini
diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PHDI). PHDI memberi suatu perkiraan bahwa ada 18 juta orang penganut Hindu di
Indonesia. Sekitar 93 % penganut Hindu berada di Bali. Selain Bali
juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau Kalimantan yang juga
memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan Tengah, sekitar
15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, yakni agama lokal Kalimantan yang
digabungkan ke dalam agama Hindu).
4. Buddha
Buddha merupakan agama tertua kedua
di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi.]Sejarah
Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan
Buddha telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra,
Sriwijaya dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas
perdagangan yang di mulai pada awal
abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia. Sejumlah
warisan dapat ditemukan di Indonesia, mencakup candi Borobudur di Magelang dan
patung atau prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal[8].
Mengikuti kejatuhan Soekarno pada pertengahan
tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi pengakuan akan satu Tuhan
(monoteisme). Sebagai hasilnya, pendiri Perbuddhi (Persatuan Buddha
Indonesia), Bhikku Ashin Jinarakkhita, mengusulkan bahwa ada satu dewata
tertinggi, Sang Hyang Adi Buddha. Hal ini didukung dengan sejarah di belakang
versi Buddha Indonesia di masa lampau menurut teks Jawa kuno dan bentuk candi
Borobudur.
Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari
1% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha, sekitar 1,8 juta orang.
Kebanyakan penganut agama Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain
provinsi seperti Riau, Sumatra Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini
mungkin terlalu tinggi, mengingat agama Konghucu dan Taoisme[9] (suatu aliran yang
berdasarkan ajaran filsafat China) tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga dalam sensus
diri mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.
5. Kristen
Katolik
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke
Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini
ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti
fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar
dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca
dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini
yang menulis buku “Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan
dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”. yang memuat berita tentang 707
gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia,
Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari
Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu
disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera
Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga
telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja
Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI)
Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai
kelanjutan umat di Barus atau bukan, ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14
dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat
kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang
rempah-rempah.
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan
untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan
Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen,
Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu
penduduk setempat.
Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai
memperluas pengaruhnya di Manado & Minahasa, salah satunya adalah
menyebarkan agama Kristen Katolik namun hal tersebut tidak bertahan lama sejak
VOC berhasil mengusir Spanyol & Portugis dari Sulawesi Utara. VOC pun mulai
menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi kedudukannya di Maluku.
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik
Roma yang jatuh, dalam hal kaitan kebijakan VOC yang mengkritisi agama itu.
Yang paling tampak adalah di Sulawesi Utara, Flores dan Timor Timur. Pada tahun
2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para
penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan Flores[10].
6. Konghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan yang
dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga
Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan
agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik
yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama
masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan
sosial. Di era 1900-an, pemeluk Konghucu membentuk suatu organisasi, disebut Tiong
Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia (sekarang Jakarta).
Setelah kemerdekaan
Indonesia di tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia terikut oleh beberapa
huru-hara politis dan telah digunakan untuk beberapa kepentingan politis. Pada
1965, Soekarno mengeluarkan sebuah keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965
1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di Indonesia menjadi enam, termasuklah
Konghucu. Pada awal tahun 1961, Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia
(PKCHI), suatu organisasi Konghucu, mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan
suatu agama dan Confucius adalah nabi mereka[11].
B.
Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Datangnya agama Islam di Indonesia tidak langsung dari
tanah asalnya, yaitu negeri Arab, melainkan dari India. Di India pun Islam itu
datangnya dari Persia. Dengan demikian maka Islam yang datang di Indonesia itu
sudah mengalami perubahan dan perkembangan seperlunya. Meskipun demikian, untuk
mengetahui riwayat dan isi agama Islam yang sebenarnya, kita terlebih dahulu
harus mengetahui pertumbuhannya di negeri Arab dan perkembangannya di
daerah-daerah sekitarnya, terutama dalam masa pemerintahan banu Umayyah dan
Abbasiyah[12].
Penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat
penting dalam sejarah Indonesia, tetapi juga yang paling tidak jelas.
Tampaknya, para pedagang muslim sudah ada di sebagian wilayah Indonesia selama
beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang mapan dalam
masyarakat-masyarakat lokal.
Secara umum, ada dua proses yang mungkin telah terjadi.
Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian
menganutnya. Proses kedua, orang-orang asing asia (Arab, India, Chins, dll)
yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah di
Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal
sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku
lainnya. Dan, apabila sedikit petunjuk yang masih ada tadi menunjukkan,
misalnya, bahwa suatu dinasti muslim telah berkedudukan mapan di suatu wilayah,
maka sering kali mustahil untuk mengetahui mana yang lebih berperan di antara
kedua proses itu.
Dapat dipastikan bahwa Islam sudah ada di negara bahari
Asia Tenggara sejak awal zaman Islam. Dari masa khalifah ketiga, Utsman bin
Affan (644), utusan-utusan muslim dari tanah Arab mulai tiba di istana China.
Setidaknya pada abad IX sudah ada ribuan pedagang muslim di Kanton.
Kontak-kontak antara China dan dunia Islam itu terpelihara terutama lewat jalur
laut melalui perairan Indonesia. Oleh karena itu, tak aneh bila orang-orang
Islam tampak memainkan peran penting dalam urusan-urusan negara perdagangan
yang besar di Sumatera yang beragama Budha, Sriwijaya, yang didirikan pada
akhir abad VII[13].
Bukti yang paling nyata mengenai penyebaran Islam dalam
suatu masyarakat lokal Indonesia adalah berupa prasasti-prasti Islam
(kebanyakan batu-batu nisan) dan sejumlah cacatan para mufasir. Batu nisan
muslim tertua yang masih ada, yang sejarahnya terbaca jelas, ditemukan di Leran,
Gresik-Jawa Timur pada tahun 475 H (1082 M). Nisan tersebut menurut para ahli
sejarah adalah milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah, putri seseorang bernama Maimun bin Hibatullah, yang wafat pada hari
Jum’at, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M)[14]. Batu
nisannya ditulis dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya kufi, serta
merupakan nisan kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara.
Temuan batu nisan tersebut merupakan salah satu data
arkeologis yang berkenaan dengan keberadaan komunitas muslim pertama dikawasan
pantai utara Jawa Timur. Gaya kufi tersebut menunjukkan di antara pendatang di
kawasan pantai tersebut, terdapat orang-orang yang berasal dari Timur Tengah
dan bahwa mereka juga merupakan pedagang, sebab nisan kubur dengan gaya kufi
serupa juga ditemukan di Phanrang, Champa Selatan. Hubungan perdagangan
Champa-Jawa Timur tersebut adalah bagian dari jalur perdagangan komunitas
Muslim pantai pada abad ke-11 yang membentang di bagian selatan China, India,
dan Timur Tengah[15].
Adapun mengenai daerah tempat asal pertama Islam
Indonesia masih dalam perdebatan para ahli. Gujarat di India barat laut
merupakan salah satu kandidat yang paling kuat, sebab menurut sejarah yang ada bahwa
batu nisan Malik Ibrahim (w. 1419) di Gresik dan beberapa batu nisan di Pasai
yang telah ditemukan, dipercayai merupakan hasil impor dari Kambay di Gujarat.
Adapun kandidat lain sebagai tempat sumber Islam Indonesia antara lain, Panatai
Malabar di India barat daya, Koromandel di India tenggara, Bengali, China
selatan, dan tentu saja Arabia, Mesir, dan Persia, yang semuanya itu telah
disebut sebagai sumber Islam Indonesia.
Islamisai yang terjadi di Indonesia tidak bisa disebutkan
di satu daerah saja, sebab menurut sejarah, dikatakan bahwa setelah orang-orang
pribumi menganut agama Islam, maka agama Islam
di dakwahkan di banyak kawasan
oleh orang-orang Indonesia sendiri, terutama oleh orang-orang muslim Melayu dan
Jawa yang melakukan perjalanan di Indonesia timur, dan oleh para penguasa
muslim yang menaklukkan daerah-daerah non-Islam. Ada cukup banyak bukti yang
menunjukkan bahwa orang-orang asing dari banyak daerah dan kaum muslim Indonesia
sendiri sama-sama memainkan peranan yang penting di berbagai daerah dalam
berbagai waktu[16].
C.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pesatnya Perkembangan
Islam di Indonesia
Sejak abad ke – 7 para
pedagang dari Arab, Persia, dan India ambil bagian dalam perkembangan Agama
Islam di Indonesia. Mereka memperdagangkan rempah-rempah dan emas. Selat Malaka
merupakan wilayah Indonesia yang paling ramai dikunjungi para pedagang. Para
pedagang ini singgah di Indonesia untuk sementara waktu dan menanti sat yang
tepat untuk meneruskan pelayarannya ke wilayah lain seperti ke China. Pelayaran
pada saat itu dipengaruhi oleh arah angin. Maka dari itu sambil menunggu arah
angin yang sesuai dengan tujuan, mereka tinggal beberapa saat di suatu wilayah,
salah satunya Indonesia. Ramainya di wilayah Indonesia pada saat itu
menyebabkan perkembangan kota-kota Bandar di sepanjang pantai yang merupakan
jalur perdagangan Indonesia. Pada saat para pedagang Islam singgah di kota-kota
Bandar, terjadi interaksi antara pedagang Islam, pendatang, dan penduduk
Pribumi. Pedagang Islam dan gujarat tersebut selain berdagang juga menyiarkan
Islam, sehingga penduduk pribumi terpengaruh ajaran dan kebudayaan Islam.
Khususnya daerah pesisir pantai. Namun daerah pedalaman masih sulit dimasuki oleh ajaran Islam. Karena umumnya daerah pedalaman tidak dilalui jalur perdagangan[17].
Banyak sekali faktor
penyebaran Islam melalui perdagangan yang dinilai sangat efektif dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, antara lain :
·
Agama Islam cepat menyebar ke seluruh
daerah-daerah di Indonesia karena peran bandar-bandar perdagangan di Indonesia
berfungsi sebagai penyebar agama Islam, dari satu tempat-ke tempat yang lain
dengan cepat yang dilakukan oleh para pedagang Islam, dan Islam akhirnya
tersebar di daerah bandar-bandar perdagangan, seperti Malaka daerah asal bahan
baku komoditas dagang seperti maluku.
·
Dengan perdagangan, banyak pihak yang tetarik
antara lain pedaang, penjual, saudagar besar, para bangsawan, sampai raja.
Mereka semua adalah orang-orang yang penting dalam hal perdagangan dan
pelayaran. Saat proses Islamisasi terjadi, mereka dapat memeluk agama Islam
dalam waktu yang relatif singkat dibanding dengan faktor-faktor lain, faktor
perdagangan yang sangat efektif, karena dapat menjangkau beberapa orang pihak yang berdagang.
·
Agama Islam adalah agama yang sederhana dalam
menyembah-Nya. Hal ini terutama oleh sistem pemujaan roh tidak mudah dibawa
kemana-mana. Menurut kepercayaan setempat apabila seseorang meninggalkan
lingkungannya dia bisa dikuasai roh-roh yang dimanipulasi musuh-musuhnya, oleh
sebab itu mereka harus sering pulang kampung kedesa untuk memuja nenek
moyangnya. Hal ini sangat menyulitkan pedagang yang sering berpergian. Dengan
demikian banyak para pedagang akhirnya memeluk agama Islam, karena mereka bisa
memohon perlindungan Tuhan dimana saja tanpa pulang kampung.
·
Dengan berjalannya waktu, banyak
pedagang-pedagang timur tengah membutuhkan barang=barang komoditas Indonesia
seperti rempah-rempah, lada, dan sebagainya. Demikian juga pedagang dari Indonesia
yang membutuhkan tekstil permadani dari timur tengah, sehingga mereka saling
berinteraksi secara lebih dibanding pedagang yang lain, hal ini dapat mempercepat
penyebaran Islam.
·
Islam sangat cocok dengan jiwa para pedagang,
dengan memeluk Islam maka hubungan diantara pedagang semakin bertambah erat.
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa setiap orang Islam itu bersaudara. Dengan
demikian persaudaraan itu dapat membina antara pedagang timur tengah dengan
pedagang Indonesia, sehingga agama Islam di terima baik oleh pedagang dan
penduduk Indonesia.
·
Para penduduk pribumi Indonesia banyak
yang menganggap, bahwa pedagang dan saudagar timur tengah, kedudukan statusnya
tinggi hal ini menarik mereka untuk menikahkan dengan anak mereka, sehingga
banyak yang masuk Islam, umumnya yang tertarik adalah para pedagang Indonesia,
dan penduduk Asli.
·
Indonesia terkenal dengan hasil komoditasnya yang
laku sampai pasar dunia, sehingga banyak pedagang timur tengah yang tertarik
untuk berdagang disana dan menyebarkan islam.
Selain faktor perdagangan yang mempengaruhi pesatnya
perkembangan penyebaran agama Islam, ada beberapa faktor lain juga yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang dengan cepat serta mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya sebagai berikut :
·
Syarat masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh
mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi masuk Islam.
·
Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan
perbedaan kasta. Setiap anggota masyarakat memiliki kedudukan yang sama sebagai
hamba Allah SWT. Kenyataan ini berbeda dengan kondisi sebelumnya dimana
masyarakat terbagi dalam kasta-kasta.
·
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai
(tanpa melalui kekerasan).
·
Sifat masyarakat Nusantara yang ramah tamah memberi peluang untuk
bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan itu, terjadi saling
mempengaruhi dan saling pengertian.
·
Upacara-upacara ke agamaan dalam Islam lebih sederhana, dan di
padankan dengan upacara-upacara yang telah ada sebelumnya.
Faktor-faktor diatas, didikung pula dengan semangat para penganut
Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya. Karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah sebuah
kewajiban yang harus
dilaksanakan[18].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dicermati dan diketahui, akhirnya kami menemukan beberapa hal penting
yang dapat dijadikan sebagai suatu
kesimpulan dalam isi makalah ini, antara lain ;
1.
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan
Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”, dengan peran kaum
pendatang sebagai pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam
negeri, seperti pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda.
2.
Secara umum, ada dua proses yang mungkin telah terjadi. Pertama, penduduk
pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Proses
kedua, orang-orang asing asia (Arab, India, Chins, dll) yang telah memeluk
agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah di Indonesia, kawin dengan
penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka
sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
3.
Faktor yang paling mempengaruhi pesatnya perkembangan agama Islam adalah
adanya Jalur perdagangan yang ada di Indonesia yang dilalui oleh para pedagang
dari berbagai penjuru mancanegara, sehingga menghasilkan interaksi antara
pedagang muslim dengan orang-orang pribumi. Selain itu juga ada faktor-faktor
lain yang mempengaruhi pesatnya perkembangan agama Islam di Indonesia. Seperti,
Syarat masuk agama Islam sangatlah mudah, Agama Islam tidak
mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan perbedaan kasta, Penyebaran
agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai (tanpa melalui kekerasan), Sifat masyarakat Nusantara yang ramah tamah
memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain, Upacara-upacara ke
agamaan dalam Islam lebih sederhana sehingga memudahkan para orang pribumi yang
mayoritas adalah seorang pedagang yang terbiasa berpindah-pindah tempat
tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Marwati Djoened
Poesponegoro. 2008. Sejarah Nasional 2 Zaman Kuno. Jakarta : Balai
Pustaka. Cet. 2
[2] Sumber : https://fatihsaputro.wordpress.com/fakta-fakta-unik/sejarah-dan-perkembangan-agama-di-indonesia/.
Diakses pada : Jum’at 02-12-2016. Pukul : 0.52 WIB.
[3] Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia.
Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul : 07.08 WIB
[4] Sumber :
https//id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia. Diakses pada : Sabtu,
3-12-2016. Pukul 07.15 WIB
[5] Sumber : http://dedeliee.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-perkembangan-agama-kristen.html?m=1.
Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul 07.23 WIB
[6] Sumber : http://dedeliee.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-perkembangan-agama-kristen.html?m=1.
Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul 07.23 WIB
[7] Sumber :
https//id.m.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_di_Nusantara. Diakses pada : Jum’at,
2-12-2016. Pukul 21.15 WIB
[8] Sumber :
http//www.sridanti.com/sejarah-lahirnya-agama-hindu-budha.html. Diakses pada :
Sabtu, 3-12-2016. Pukul 07.34 WIB
[9] Sumber :
https//id.m.wikipedia.org/wiki/Taoisme. Diakses pada : Kamis, 1-12-2016. Pukul
07.15 WIB
[10] Sumber : http://dedeliee.blogspot.co.id/2012/08/sejarah-perkembangan-agama-kristen.html?m=1.
Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul 07.23 WIB
[11] Sumber : https://junzigroup.wordpress.com/2008/05/11/perkembangan-agama-khonghucu-di-indonesia-1/.
Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul 07.23 WIB
[12] R. Soekmono. 1981. Pengantar
Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Cet ke-3
[13] M.C. Ricklefs. 2007. Sejarah
Indonesia Modern (Terjemahan oleh. Satrio Wahono, dkk). Jakarta : PT
Serambi Ilmu Semesta. Cet. Ke-3
[14] M.Habib Mustopo. 2001. Kebudayaan
Islam di Jawa Timur : Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan. Jakarta
: Jendela.
[15] Uka Tjandrasasmita.
2010. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia
(KPG). Hal 75-76
[16] M.C. Ricklefs. 2007. Sejarah
Indonesia Modern (Terjemahan oleh. Satrio Wahono, dkk). Jakarta : PT
Serambi Ilmu Semesta. Cet. Ke-3
[17] Sumber :http://sobatbaru.blogspot.co.id/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. Diakses pada : Sabtu, 3-12-2016. Pukul : 17.27
WIB
[18]Sumber : http://nerajulianielf.blogspot.co.id/2014/06/faktor-faktor-islam-mudah-berkembang-di.html. Diakses Pada : Sabtu, 3-12-2016.
Pukul 17.40 WIB
Komentar
Posting Komentar