CONTOH Makalah Ilmu Alam Dasar (TEORI BIG BANG)
TEORI BIG BANG
Diajukan untuk memenuhi tugas
makalah
mata kuliah ilmu alam dasar (IAD)

Oleh :
Ahmad Syauqi Rahman
STAI MA’HAD ALY AL-HIKAM
MALANG
Jl. Cengger Ayam No.25 Malang 65141 Telp. (0341) 495375
BA B I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kesan umum luas dan megahnya
alam semesta diperoleh oleh penghuni bumi dengan memandang langit malam yang
cerah tanpa cahaya bulan. Ketika kita menatap langit di malam hari, langit
tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan
luas alam sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan
rasionalitas manusia tentang alam semesta memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam
semesta pun beragam. Dulu alam semesta
dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya.
Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru
diketahui pada abad ke-3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad
ke-16 (oleh Thyco Brahe,1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad
ke-17 (Cassani, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19, jarak ke pusat
Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke Galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang
mencari jawaban ini terus berlanjut antar generasi.
Pemahaman manusia tentang alam
semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip,
kepercayaan umum dalam sains, dsb. Dan salah satu teori yang membahas tentang
penciptaan alam semesta adalah teori dentuman besar atau lebih dikenal dengan
teori Big Bang yang mengatakan bahwa
alam semesta diciptakan dari se buah ketiadaan, dimana di dalam teori tersebut menghasilkan
banyak pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran para ahli astronomi yang
memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas baik dimensi
maupun waktu, yang kemudian dikuatkan dengan teori “keadaan-stabil”. Oleh
karena itu penulis mencoba mengupas lebih dalam tentang perdebatan yang terjadi
antara teori Big Bang, dan para
penentangnya, serta bagaimana al-Qur’an menyikapinya.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, tim penulis mencoba
membatasi ruang lingkup penulisan makalah ini dengan hanya membahas tentang
beberapa hal sebagai berikut :
1.
Bagaimana awal mula munculnya teori Big
Bang ?
2.
Bagaimana pandangan para tokoh astronomi tentang teori Big
Bang ?
3.
Bagaimana pandangan islam tentang teori Big
Bang ?
C.
Tujuan
Penulisan
Setelah penulis merumuskan masalah,
akhirnya tim penulis
dapat menentukan tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui awal mula munculnya teori Big Bang
2.
Untuk mengetahui berbagai pandangan dari para tokoh
astronomi tentang teori Big Bang
3.
Untuk mengetahui bagaimana islam menyikapi teori Big Bang
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asal Mula Munculnya Teori Big Bang
Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam
perkembangan astronomi modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexandra Friedman,
menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah
statis (diam) melainkan dinamis (bergerak) dan bahwa implus kecil pun mungkin
cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut
Teori Relativitas Einstein. George Lemaitre adalah orang pertama yang menyadari
apa arti perhitungan yang dilakukan Friedman. Lemaitre menyatakan bahwa alam
semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu
yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan
sebagai ukuran akibat (aftermath)
dari “sesuatu” itu.
Teori pemikiran tentang penciptaan alam semesta yang
dikemukakan oleh kedua ilmuwan diatas mungkin akan dibuang dan dilupakan banyak
kalangan karena teori pemikiran mereka tidak disertai dengan bukti. Baru pada
tahun 1929 seorang astronomer Amerika, Edwin Hubble, yang bekerja di
Observatorium Mount Wilson California, membuat penemuan paling penting dalam
sejarah astronomi serta mengguncangkan dunia ilmiah pada saat itu. Ketika ia
mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa
cahaya bintang-bintang itu bergeser kearah ujung merah spektrum, dan bahwa
pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Dan
berkat penemuan ini, ia berhasil mengguncangkan landasan model alam semesta
yang dipercayai saat itu.
Penemuan Hubble ini sependapat dengan aturan fisika yang
telah diketahui, bahwa spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi
cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang menjahui titik
observasi cenderung ke arah merah. Contoh seperti suara sirine ambulan yang
semakin samar ketika semakin jauh meninggalkan telinga si pengamat
(baca hukum Dobbler). Dari pengamatan
Hubble ini dapat menunjukkan bahwa menurut hukum fisika diatas, benda-benda
luar angkasa menjauh dari kita.
Tidak lama kemudian, Hubble kembali membuat penemuan
penting, bahwa bintang-bintang tidak hanya menjauh dari Bumi, melainkan juga
saling menjauhi antara satu dengan yang lain. Dan satu-satunya kesimpulan yang
bisa diturunkan dari alam semesta, dimana segala sesuatunya saling menjauh
adalah bahwa alam semesta dengan konstan “mengembang”.[1]
Hubble juga menyatakan bahwa semakin jauh jarak antar galaksi
maka semakin cepat pula mereka bergerak, namun hal ini bukan berarti galaksi
Bima Sakti merupakan pusat antariksa, melainkan gerak saling menjauh ini akan
tampak sama dari setiap titik pengamatan di galaksi manapun.[2]
Dari pengamatan Hubble diatas, maka ia berhasil menemukan
bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah “diramalkan” oleh George Lamaitre sebelumnya,
dan salah satu pemikir terbesar zaman kita telah menyadari ini hampir lima
belas tahun lebih awal. Pada awal 1915, Albert Einstein telah menyimpulkan
bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan perhitungan-perhitungan
berdasarkan teori relativitas yang baru ia temukan (mengantisipasi kesimpulan
Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh temuannya, Einstein menambahkan
“Konstanta Kosmologi” pada persamaannya agar muncul “jawaban yang benar”,
karena para ahli astronomi meyakinkan dia bahwa alam semesta itu statis dan
tidak ada cara lain untuk membuat persamaannya sesuai dengan model seperti itu.
Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa Konstanta Kosmologi ini adalah
kesalahan terbesar dalam karirnya.
Dari penemuan Hubble ini dapat disimpulakan bahwa alam
semesta mengembang memunculkan model lain yang tidak membutuhkan tipuan untuk
menghasilkan persamaan sesuai dengan keinginan. Jika alam semesta semakin besar
sejalan dengan waktu, maka jika waktu itu kita tarik jauh mundur kebelakang,
maka alam semesta akan semakin kecil, dan jika seseorang bisa mundur cukup
jauh, maka ia akan melihat segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada
satu titik. Kesimpulannya dari model ini adalah materi-materi yang menyusun
alam semesta sekarang, jauh sebelumnya terpadatkan dalam massa satu titik yang
mempunyai “volume nol” karena gaya
grafitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan
massa yang mempunyai volume nol ini. Yang kemudian muncul lah teori “Dentuman Besar” atau yang lebih kita
kenal dengan teori “Big Bang”, yang
keberadaannya telah ditegaskan berulang-ulang dengan bukti pengamatan.
Ada kebenaran lain yang ditunjukkan oleh teori ini. Untuk
mengatakan bahwa sesuatu memiliki volume nol adalah sama saja ia mengatakan
bahwa sesuatu itu “tidak ada”. Maka dapat disimpulkan bahwa didalam teori Big Bang ini menyatakan bahwa alam semesta kita ini
diciptakan dari “ketiadaan”. Dan lebih jauh juga bahwa alam semesta ini
memiliki permulaan, dan pernyataan ini sangat bertentangan dengan pendapat kubu
materialisme, yang mengatakan bahwa “alam semesta sudah ada selamanya”.[3]
Sementara itu, sebuah versi terbaru yang dipublikasikan
lebih luas dari model alam semesta kuantum diajukan oleh ahli fisika, Stephen Hawking. Dalam bukunya, A Brief History of Time, Hawking
menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti keberadaan dari ketiadaan.
Alih-alih “tiada waktu” sebelum Dentuman Besar, Hawking mengajukan konsep
“waktu imajiner”. Menurut Hawking, hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik
sebelum Dentuman Besar terjadi dan waktu “nyata” terbentuk setelah itu. Harapan
Hawking hanyalah untuk mengabaikan kenyataan “ketiadaan waktu” (timelessness) sebelum Dentuman Besar
dengan gagasan waktu “imajiner” ini. Sebagai sebuah konsep, “waktu imajiner”
sama saja dengan nol atau seperti “tidak ada”-nya jumlah imajiner orang dalam
ruangan atau jumlah imajiner mobil di jalan. Di sini Hawking hanya bermain dengan
kata-kata. Dia menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau mereka dihubungkan
dengan waktu imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya.
B.
Pandangan Para Toloh Astromomi Tentang Teori Big Bang
Teori Dentuman Besar atau Big Bang dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena
bukti-bukti yang jelas. Dalam perkembangan teori-teori yang membahas bagaimana
penciptaan alam semesta, khususnya tentang perkembangan teori Big Bang. Dimana dalam perkembangannya
teori ini ada yang mendukung dan ada juga yang menentang.
·
Pendukung
teori Big Bang
Sejumlah penemuan yang dicapai dalam
pengkajian ini telah semakin memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon
mengatakan bahwa penelitian tersebut menambah bukti yang sangat kuat bagi
teori Big Bang tentang asal usul alam semesta dan menegaskan
dukungan itu dalam perkataan berikut ini:
"Kita telah
mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta adalah
Big Bang -- bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada
satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara
terus-menerus." [4]
1.
George Gamow
Dikutip dari
perkataan Harun Yahya, ia mengatakan bahwa :
Pada tahun
1948, George Gamow mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan
menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. ia mengatakan bahwa “ jika
alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar
yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah radiasi tertentu yang ditinggalkan dari
ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi lebih jauh, dan harus sama
di seluruh alam semesta”.
2.
Arno
Penzias dan Robert Wilson
Dalam dua dekade selanjutnya, bukti pengamatan
dugaan Gamow
diperoleh. tepatnya pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan
Robert Wilson menemukan sebentuk radiasi yang selama ini tidak teramati. disebut
“radiasi latar belakang kosmik”, radiasi ini adalah gema Dentuman Besar,
yang masih menggema balik sejak momen pertama ledakan bes.ar tersebut[5]
3.
George
Smoot dan Tim NASA-nya
Pada tahu 1989, ia bersama tim NASA-nya meluncurkan
sebuah satelit ke luar angkasa. yang diberi instrument sensitif yang disebut COBE
(Cosmic Background Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]), di
dalam satelit itu hanya memerlukan
delapan menit untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan
oleh Penzias dan Wilson.
maka dari hasil ini secara pasti dapat menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan
panas sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. maka dari itu, penemuan
ini membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an oleh Penzeas dan Wilson dan mengungkap
bahwa terdapat gelombang-gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam
Semesta. Meskipun ketika itu sebagian keterkaitan antara gelombang kecil
tersebut dengan pembentukan galaksi telah ditentukan, hubungan ini saat itu
belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-baru ini.
b.
Penentang
teori Big Bang
Sebelum muncul gagasan Dentuman
Besar, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan
alam semesta tanpa batas dan gagasan keberadaan abadi, dituntut untuk menentang
teori Dentuman Besar atau Big Bang dalam usaha mereka mempertahankan
doktrin fundamental ideologi mereka.[6]
karena hal ini sesuai dengan orang Eropa yang berasal dari filsafat
materialisme. filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia yunani kuno,
menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada dijagat raya, dan jagat
raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan
dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran
Romawi dan abad pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena
pengaruh filsafat gereja katolik dan kristen. baru setelah Renaisans,
materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas diantara pelajar dan ilmuwan
Eropa, yang sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.
1.
Arthur
Eddingthon
Arthur merupakan seorang ahli astronomi Inggris yang
menganut paham materialisme, ia berkata, “Secara filosofis, pendapat tentang
permulaan tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini sangat menjijikan bagi
saya serta bertentangan dengan saya”. alasan inilah yang menjadi doktrin bagi
para penganut paham materialisme untuk menentang pemikiran teori Dentuman Besar
atau Big Bang yang tidak sejalan dengan pemikiran para penganut paham
Materialisme.
2.
Immanuel
Kant
Pada masa pencerahan Eropa, ia menyatakan dan
mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada
selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap
mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta
tanpa batas beserta materialisme.
3.
Goerges
Politzer
Politzer merupakan pendukung setia Marxisme dan
Materialisme, dimana Karl Marx sendiri mendukung gagasan “jagat raya tanpa
batas”, sehingga ia mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya
yang diterbitkan pada awal abad ke-20. Dengan mempercayai kebenaran model
“jagat raya tanpa batas”, Politzer menolak gagasan penciptaan alam semesta
dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie.
4.
Fred
Hoyle
Ahli astronomi lain yang menantang teori Dentuman
Besar atau Big Bang adalah Fred
Hoyle. Sekitar pertengahan abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model baru yang
disebutnya “Keadaan Stabil”, yang tak lebih suatu perpanjangan gagasan abad
ke-19 tentang alam semesta tanpa batas. Dengan munculnya bukti-bukti yang tak
bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, ia berpendapat bahwa alam semesta
tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut modelnya ini, ketika
jagat raya mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam
jumlah yang tepat, sehingga alam semesta tetap berada dalam “keadaan Stabil”.
Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi sudah ada sejak waktu tak
terbatas”, yang merupakan basis filsafat materialis, teori ini mutlak
bertentangan dengan “teori Dentuman Besar”, yang menyatakan bahwa alam semesta
mempunyai permulaan. Para pendukung teori Keadaan Stabil Hoyle tetap berkeras
menentang Dentuman Besar selama bertahun-tahun. Namun sains menyangkal mereka.
C.
Pandangan
Islam Tentang Teori Big Bang
Dalam teori Big
Bang atau Dentuman besar dinyatakan bahwa bahwa alam semesta dan segala
isinya diciptakan dari sebuah ketiadaan, namun karena teori ini dirumuskan dan
dicetuskan oleh orang-orang yang bertuhan namun tidak mempercayai Allah SWT
sebagi tuhan, maka mereka tidak ingin menggali atau meneruskan pendapatnya
dalam teori tersebut, untuk mengetahui siapa pencipta alam semesta dari sebuah
ketiadaan tersebut. Oleh karena itu, bagi para pemeluk paham Materialisme yang mayoritas
penganut atheis, mereka sangat menentang teori ini, bahkan teori Dentuman Besar
ini dianggap menjijikan bagi mereka, seperti yang diucapkan oleh salah satu
tokoh penentang teori Big Bang, Arthur Eddington. Karena mereka telah
mengetahui bahwa teori ini akan sangat bertentangan dengan status ke-Atheis-an
mereka, dan mereka tak ingin dipaksa mengakui bahwa alam semesta ini diciptakan
dari sebuah ketiadaan oleh sang pencipta yakni Allah SWT[7].
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya pada
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami
pisahkan antara keduanya. Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?”. (Q.S Al-Anbiyaa’: 30)
Ini diartikan
bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui bigbang, atau ledakan raksasa dari
satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara memisahkan satu
dengan yang lain.[8] Namun begitulah
orang-orang kafir, tidak percaya dengan firman-firman Allah SWT, baik itu dari
kalangan pendukung teori Big Bang itu sendiri ataupun para kalangan
Materialisme.
Dalam satu-satunya
kitab yang diturunkan Allah SWT yang telah bertahan sepenuhnya utuh, hanyalah
al-Quran. Ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan,
disamping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20,
meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.
Pertama, Penciptaan alam semesta dari ketiadaan
diungkapkan dalam al-Quran sebagai berikut :
“ Dia
pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia menciptakan anak padahal Dia tidak
mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala
sesuatu”. (QS.
Al An’aam : 101)
Kedua, Kebenaran lain yang terungkap dalam al-Qur’an
adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan
Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang, diungkapkan
dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“ Dan
langit itu kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya kami
benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz Dzaariyat : 47).
Ketiga, Aspek penting lain yang diungkapkan dalam
al-Quran empat belas abad silam sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan
temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam
semesta menempati volume yang sangat kecil :
“ Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya pada
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami
pisahkan antara keduanya. Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?”. (Q.S Al-Anbiyaa’: 30)
Mari kita tinjau
lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini dibenak kita. Dalam ayat tersebut,
langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk (suatu yang padu) artinya
bercampur/bersatu. kemudian mereka dipisahkan (fatk) antara satu dengan
yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang “telur kosmik”
yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum Dentuman Besar. Dengan
kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk.
Kemudian telur ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk
dan dalam proses ini terciptalah struktur keseluruhan alam semesta. Dan
dari hal ini pula diketahui jelas bahwa ada kekuatan yang tak bisa di nalar
dengan pemikiran manusia, dalam teori Big Bang dikatakan bahwa alam
semesta diciptakan melalui proses ledakan yang maha dahsyat. Jika benar
demikian, maka kekuatan apakah yang menarik dan mengawal isi semesta alam
sehingga tidak hancur berantakan baru saja mengalami ledakan yang maha dahsyat.
Maka inilah kekuasaan Allah SWT. ialah yang menciptkan dan mengatur strategi
ledakan tersebut, sehingga alam semesta tidak mengalami kegancuran setelah
mengalami ledakan yang maha dahsyat tersebut, Subhanallah segala puji bagi
Allah SWT.
Singkatnya,
temuan-temuan ilmu alam modern mendukung benar-benar yang dinyatakan dalam
al-Quran dan bukan dogma materialis. Karena Materialis boleh saja menyatakan bahwa
semua itu “kebetulan”, namun fakta yang jelas adalah bahwa ala, semesta terjadi
sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang
benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang
diturunkan kepada kita[9].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dicermati dan diketahui, akhirnya penulis menemukan beberapa hal penting
yang dapat dijadikan sebagai suatu
kesimpulan dalam isi makalah ini, antara lain ;
1.
Teori “Dentuman Besar” atau yang
lebih kita kenal dengan teori “Big Bang”, dicetuskan oleh seorang
astronomer Amerika, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California,
yakni Edwin Hubble, pada tahun 1929.
Dari penemuan Hubble ini dapat disimpulakan bahwa alam semesta mengembang
semakin besar sejalan dengan waktu, maka jika waktu itu kita tarik jauh mundur
kebelakang, maka alam semesta akan semakin kecil, dan jika seseorang bisa
mundur cukup jauh, maka ia akan melihat segala sesuatunya akan mengerut dan
bertemu pada satu titik. Kesimpulannya dari model ini adalah materi-materi yang
menyusun alam semesta sekarang, jauh sebelumnya terpadatkan dalam massa satu titik
yang mempunyai “volume nol” karena
gaya grafitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil
ledakan massa yang mempunyai volume nol ini.
2.
Teori Dentuman Besar atau Big
Bang dengan cepat diterima
luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Dalam perkembangan
teori-teori yang membahas bagaimana penciptaan alam semesta, khususnya tentang
perkembangan teori Big Bang. Dimana dalam perkembangannya teori ini ada yang
mendukung dan ada juga yang menentang.
3.
Temuan-temuan ilmu alam modern (baca teori Big Bang)
mendukung
benar-benar yang dinyatakan dalam al-Quran dan bukan dogma Materialis. Karena Materialis
boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”, namun fakta yang
jelas adalah bahwa ala, semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak
Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta
ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita
DAFTAR PUSTAKA
[1]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa
Indonesia
[2] Felix Pirani dan
Christine Roche. 1997. (terjemah oleh Andang L.Parsan) Mengenal Alam Semesta FOR
BEGINNERS. Bandung : Mizan. Cet. Pertama
[3]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa
Indonesia
[4] Sumber : http://id.harunyahya.com/id/Artikel/4521/ledakan-besar-big-bang-menggema. Diakses
pada :
Selasa, 08-11-2016. Pukul : 13.47 WIB
[5] Sumber : http://id.harunyahya.com/id/Artikel/4521/ledakan-besar-big-bang-menggema. Diakses
pada :
Selasa, 08-11-2016. Pukul : 13.47 WIB
[7] Harun Yahya. 2002. Menyingkap Rahasia Alam Semesta :
Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia
[8] Sumber : https://entegila.wordpress.com/2012/10/30/misteri-penciptaan-alam-semesta/. Diakses pada :
Selasa, 08-11-2016. Pukul : 16.46 WIB
[9]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia
Komentar
Posting Komentar