CONTOH Makalah Ilmu Alam Dasar (TEORI BIG BANG)

TEORI BIG BANG

Diajukan untuk memenuhi  tugas makalah
mata kuliah ilmu alam dasar (IAD)
  
 

Oleh :
Ahmad Syauqi Rahman




STAI MA’HAD ALY AL-HIKAM MALANG
Jl. Cengger Ayam No.25 Malang 65141 Telp. (0341) 495375


BA B I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh oleh penghuni bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya bulan. Ketika kita menatap langit di malam hari, langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang alam semesta memerlukan waktu berabad-abad.

Deskripsi pemandangan alam semesta  pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran  diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke-3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 (oleh Thyco Brahe,1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassani, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19, jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke Galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang mencari jawaban ini terus berlanjut antar generasi.

Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains, dsb. Dan salah satu teori yang membahas tentang penciptaan alam semesta adalah teori dentuman besar atau lebih dikenal dengan teori Big Bang yang mengatakan bahwa alam semesta diciptakan dari se buah ketiadaan, dimana di dalam teori tersebut menghasilkan banyak pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas baik dimensi maupun waktu, yang kemudian dikuatkan dengan teori “keadaan-stabil”. Oleh karena itu penulis mencoba mengupas lebih dalam tentang perdebatan yang terjadi antara teori Big Bang, dan para penentangnya, serta bagaimana al-Qur’an menyikapinya.

B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
            Dari uraian diatas, tim penulis mencoba membatasi ruang lingkup penulisan makalah ini dengan hanya membahas tentang beberapa hal sebagai berikut :

1.      Bagaimana awal mula munculnya teori Big Bang ?
2.      Bagaimana pandangan para tokoh astronomi tentang teori Big Bang ?
3.      Bagaimana pandangan islam tentang teori Big Bang  ?

C.    Tujuan Penulisan
            Setelah penulis merumuskan masalah, akhirnya tim penulis dapat menentukan tujuan sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui awal mula munculnya teori Big Bang
2.      Untuk mengetahui berbagai pandangan dari para tokoh astronomi tentang teori Big Bang
3.      Untuk mengetahui bagaimana islam menyikapi teori Big Bang



BAB II
 PEMBAHASAN

A.    Asal Mula Munculnya Teori Big Bang
Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan astronomi modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis (diam) melainkan dinamis (bergerak) dan bahwa implus kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. George Lemaitre adalah orang pertama yang menyadari apa arti perhitungan yang dilakukan Friedman. Lemaitre menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari “sesuatu” itu.

Teori pemikiran tentang penciptaan alam semesta yang dikemukakan oleh kedua ilmuwan diatas mungkin akan dibuang dan dilupakan banyak kalangan karena teori pemikiran mereka tidak disertai dengan bukti. Baru pada tahun 1929 seorang astronomer Amerika, Edwin Hubble, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi serta mengguncangkan dunia ilmiah pada saat itu. Ketika ia mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser kearah ujung merah spektrum, dan bahwa pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Dan berkat penemuan ini, ia berhasil mengguncangkan landasan model alam semesta yang dipercayai saat itu.

Penemuan Hubble ini sependapat dengan aturan fisika yang telah diketahui, bahwa spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang menjahui titik observasi cenderung ke arah merah. Contoh seperti suara sirine ambulan yang semakin samar ketika semakin jauh meninggalkan telinga si pengamat (baca hukum Dobbler). Dari pengamatan Hubble ini dapat menunjukkan bahwa menurut hukum fisika diatas, benda-benda luar angkasa menjauh dari kita.

Tidak lama kemudian, Hubble kembali membuat penemuan penting, bahwa bintang-bintang tidak hanya menjauh dari Bumi, melainkan juga saling menjauhi antara satu dengan yang lain. Dan satu-satunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta, dimana segala sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan “mengembang”.[1]

Hubble juga menyatakan bahwa semakin jauh jarak antar galaksi maka semakin cepat pula mereka bergerak, namun hal ini bukan berarti galaksi Bima Sakti merupakan pusat antariksa, melainkan gerak saling menjauh ini akan tampak sama dari setiap titik pengamatan di galaksi manapun.[2]

Dari pengamatan Hubble diatas, maka ia berhasil menemukan bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah “diramalkan” oleh George Lamaitre sebelumnya, dan salah satu pemikir terbesar zaman kita telah menyadari ini hampir lima belas tahun lebih awal. Pada awal 1915, Albert Einstein telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan teori relativitas yang baru ia temukan (mengantisipasi kesimpulan Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh temuannya, Einstein menambahkan “Konstanta Kosmologi” pada persamaannya agar muncul “jawaban yang benar”, karena para ahli astronomi meyakinkan dia bahwa alam semesta itu statis dan tidak ada cara lain untuk membuat persamaannya sesuai dengan model seperti itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa Konstanta Kosmologi ini adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.  

Dari penemuan Hubble ini dapat disimpulakan bahwa alam semesta mengembang memunculkan model lain yang tidak membutuhkan tipuan untuk menghasilkan persamaan sesuai dengan keinginan. Jika alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, maka jika waktu itu kita tarik jauh mundur kebelakang, maka alam semesta akan semakin kecil, dan jika seseorang bisa mundur cukup jauh, maka ia akan melihat segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Kesimpulannya dari model ini adalah materi-materi yang menyusun alam semesta sekarang, jauh sebelumnya terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai “volume nol” karena gaya grafitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan massa yang mempunyai volume nol ini. Yang kemudian muncul lah teori “Dentuman Besar” atau yang lebih kita kenal dengan teori “Big Bang”, yang keberadaannya telah ditegaskan berulang-ulang dengan bukti pengamatan.

Ada kebenaran lain yang ditunjukkan oleh teori ini. Untuk mengatakan bahwa sesuatu memiliki volume nol adalah sama saja ia mengatakan bahwa sesuatu itu “tidak ada”. Maka dapat disimpulkan bahwa didalam teori Big Bang  ini menyatakan bahwa alam semesta kita ini diciptakan dari “ketiadaan”. Dan lebih jauh juga bahwa alam semesta ini memiliki permulaan, dan pernyataan ini sangat bertentangan dengan pendapat kubu materialisme, yang mengatakan bahwa “alam semesta sudah ada selamanya”.[3]

Sementara itu, sebuah versi terbaru yang dipublikasikan lebih luas dari model alam semesta kuantum diajukan oleh ahli fisika, Stephen Hawking. Dalam bukunya, A Brief History of Time, Hawking menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti keberadaan dari ketiadaan. Alih-alih “tiada waktu” sebelum Dentuman Besar, Hawking mengajukan konsep “waktu imajiner”. Menurut Hawking, hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik sebelum Dentuman Besar terjadi dan waktu “nyata” terbentuk setelah itu. Harapan Hawking hanyalah untuk mengabaikan kenyataan “ketiadaan waktu” (timelessness) sebelum Dentuman Besar dengan gagasan waktu “imajiner” ini. Sebagai sebuah konsep, “waktu imajiner” sama saja dengan nol atau seperti “tidak ada”-nya jumlah imajiner orang dalam ruangan atau jumlah imajiner mobil di jalan. Di sini Hawking hanya bermain dengan kata-kata. Dia menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau mereka dihubungkan dengan waktu imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya.

B.     Pandangan Para Toloh Astromomi Tentang Teori Big Bang
Teori Dentuman Besar atau Big Bang dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Dalam perkembangan teori-teori yang membahas bagaimana penciptaan alam semesta, khususnya tentang perkembangan teori Big Bang. Dimana dalam perkembangannya teori ini ada yang mendukung dan ada juga yang menentang.

·         Pendukung teori Big Bang
Sejumlah penemuan yang dicapai dalam pengkajian ini telah semakin memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon mengatakan bahwa penelitian tersebut menambah bukti yang sangat kuat bagi teori Big Bang tentang asal usul alam semesta dan menegaskan dukungan itu dalam perkataan berikut ini:
"Kita telah mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta adalah Big Bang -- bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara terus-menerus." [4]
1.      George Gamow
Dikutip dari perkataan Harun Yahya, ia mengatakan bahwa :
Pada tahun 1948, George Gamow mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. ia mengatakan bahwa “ jika alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah radiasi tertentu yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi lebih jauh, dan harus sama di seluruh alam semesta.

2.      Arno Penzias dan Robert Wilson
Dalam dua dekade selanjutnya, bukti pengamatan dugaan Gamow diperoleh. tepatnya pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sebentuk radiasi yang selama ini tidak teramati. disebut “radiasi latar belakang kosmik”, radiasi ini adalah gema Dentuman Besar, yang masih menggema balik sejak momen pertama ledakan bes.ar tersebut[5]

3.      George Smoot dan Tim NASA-nya
Pada tahu 1989, ia bersama tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar angkasa. yang diberi instrument sensitif yang disebut COBE (Cosmic Background Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]), di dalam satelit  itu hanya memerlukan delapan menit untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan oleh Penzias dan Wilson. maka dari hasil ini secara pasti dapat menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan panas sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. maka dari itu, penemuan ini membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an oleh Penzeas dan Wilson dan mengungkap bahwa  terdapat gelombang-gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam Semesta. Meskipun ketika itu sebagian keterkaitan antara gelombang kecil tersebut dengan pembentukan galaksi telah ditentukan, hubungan ini saat itu belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-baru ini.

b.      Penentang teori Big Bang
Sebelum muncul gagasan Dentuman Besar, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas dan gagasan keberadaan abadi, dituntut untuk menentang teori Dentuman Besar atau Big Bang dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi mereka.[6] karena hal ini sesuai dengan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme. filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada dijagat raya, dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran Romawi dan abad pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena pengaruh filsafat gereja katolik dan kristen. baru setelah Renaisans, materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas diantara pelajar dan ilmuwan Eropa, yang sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.

1.      Arthur Eddingthon
Arthur merupakan seorang ahli astronomi Inggris yang menganut paham materialisme, ia berkata, “Secara filosofis, pendapat tentang permulaan tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini sangat menjijikan bagi saya serta bertentangan dengan saya”. alasan inilah yang menjadi doktrin bagi para penganut paham materialisme untuk menentang pemikiran teori Dentuman Besar atau Big Bang yang tidak sejalan dengan pemikiran para penganut paham Materialisme.

2.      Immanuel Kant
Pada masa pencerahan Eropa, ia menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme.

3.      Goerges Politzer
Politzer merupakan pendukung setia Marxisme dan Materialisme, dimana Karl Marx sendiri mendukung gagasan “jagat raya tanpa batas”, sehingga ia mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20. Dengan mempercayai kebenaran model “jagat raya tanpa batas”, Politzer menolak gagasan penciptaan alam semesta dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie.
4.      Fred Hoyle
Ahli astronomi lain yang menantang teori Dentuman Besar atau Big Bang  adalah Fred Hoyle. Sekitar pertengahan abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model baru yang disebutnya “Keadaan Stabil”, yang tak lebih suatu perpanjangan gagasan abad ke-19 tentang alam semesta tanpa batas. Dengan munculnya bukti-bukti yang tak bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, ia berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut modelnya ini, ketika jagat raya mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat, sehingga alam semesta tetap berada dalam “keadaan Stabil”. Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi sudah ada sejak waktu tak terbatas”, yang merupakan basis filsafat materialis, teori ini mutlak bertentangan dengan “teori Dentuman Besar”, yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Para pendukung teori Keadaan Stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar selama bertahun-tahun. Namun sains menyangkal mereka.

C.   Pandangan Islam Tentang Teori Big Bang
Dalam teori Big Bang atau Dentuman besar dinyatakan bahwa bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari sebuah ketiadaan, namun karena teori ini dirumuskan dan dicetuskan oleh orang-orang yang bertuhan namun tidak mempercayai Allah SWT sebagi tuhan, maka mereka tidak ingin menggali atau meneruskan pendapatnya dalam teori tersebut, untuk mengetahui siapa pencipta alam semesta dari sebuah ketiadaan tersebut. Oleh karena itu, bagi para pemeluk paham Materialisme yang mayoritas penganut atheis, mereka sangat menentang teori ini, bahkan teori Dentuman Besar ini dianggap menjijikan bagi mereka, seperti yang diucapkan oleh salah satu tokoh penentang teori Big Bang, Arthur Eddington. Karena mereka telah mengetahui bahwa teori ini akan sangat bertentangan dengan status ke-Atheis-an mereka, dan mereka tak ingin dipaksa mengakui bahwa alam semesta ini diciptakan dari sebuah ketiadaan oleh sang pencipta yakni Allah SWT[7]. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?”. (Q.S Al-Anbiyaa’: 30)
Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui bigbang, atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara memisahkan satu dengan yang lain.[8] Namun begitulah orang-orang kafir, tidak percaya dengan firman-firman Allah SWT, baik itu dari kalangan pendukung teori Big Bang itu sendiri ataupun para kalangan Materialisme.
Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah SWT yang telah bertahan sepenuhnya utuh, hanyalah al-Quran. Ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, disamping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Pertama, Penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam al-Quran sebagai berikut :
“ Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia menciptakan anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al An’aam : 101)

Kedua, Kebenaran lain yang terungkap dalam al-Qur’an adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang, diungkapkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“ Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz Dzaariyat : 47).

Ketiga, Aspek penting lain yang diungkapkan dalam al-Quran empat belas abad silam sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil :
“ Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?”. (Q.S Al-Anbiyaa’: 30)
Mari kita tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini dibenak kita. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk (suatu yang padu) artinya bercampur/bersatu. kemudian mereka dipisahkan (fatk) antara satu dengan yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang “telur kosmik” yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum Dentuman Besar. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk. Kemudian telur ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses ini terciptalah struktur keseluruhan alam semesta. Dan dari hal ini pula diketahui jelas bahwa ada kekuatan yang tak bisa di nalar dengan pemikiran manusia, dalam teori Big Bang dikatakan bahwa alam semesta diciptakan melalui proses ledakan yang maha dahsyat. Jika benar demikian, maka kekuatan apakah yang menarik dan mengawal isi semesta alam sehingga tidak hancur berantakan baru saja mengalami ledakan yang maha dahsyat. Maka inilah kekuasaan Allah SWT. ialah yang menciptkan dan mengatur strategi ledakan tersebut, sehingga alam semesta tidak mengalami kegancuran setelah mengalami ledakan yang maha dahsyat tersebut, Subhanallah segala puji bagi Allah SWT.

Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung benar-benar yang dinyatakan dalam al-Quran dan bukan dogma materialis. Karena Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”, namun fakta yang jelas adalah bahwa ala, semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita[9].




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah dicermati dan diketahui, akhirnya penulis menemukan beberapa hal penting yang dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan dalam isi makalah ini, antara lain ;

1.      Teori “Dentuman Besar” atau yang lebih kita kenal dengan teori “Big Bang”, dicetuskan oleh seorang astronomer Amerika, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, yakni Edwin Hubble, pada tahun 1929. Dari penemuan Hubble ini dapat disimpulakan bahwa alam semesta mengembang semakin besar sejalan dengan waktu, maka jika waktu itu kita tarik jauh mundur kebelakang, maka alam semesta akan semakin kecil, dan jika seseorang bisa mundur cukup jauh, maka ia akan melihat segala sesuatunya akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Kesimpulannya dari model ini adalah materi-materi yang menyusun alam semesta sekarang, jauh sebelumnya terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai “volume nol” karena gaya grafitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan massa yang mempunyai volume nol ini.
2.      Teori Dentuman Besar atau Big Bang dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Dalam perkembangan teori-teori yang membahas bagaimana penciptaan alam semesta, khususnya tentang perkembangan teori Big Bang. Dimana dalam perkembangannya teori ini ada yang mendukung dan ada juga yang menentang.
3.      Temuan-temuan ilmu alam modern (baca teori Big Bang) mendukung benar-benar yang dinyatakan dalam al-Quran dan bukan dogma Materialis. Karena Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”, namun fakta yang jelas adalah bahwa ala, semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita



DAFTAR PUSTAKA


[1]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia
[2] Felix Pirani dan Christine Roche. 1997. (terjemah oleh Andang L.Parsan) Mengenal Alam Semesta FOR  
   BEGINNERS. Bandung : Mizan. Cet. Pertama
[3]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia
   Selasa, 08-11-2016. Pukul : 13.47 WIB

   Selasa, 08-11-2016. Pukul : 13.47 WIB

[6] S. Jaki. 1980. Cosmos and Creator, Regnery Gateway. Chicago. Hal. 54
[7] Harun Yahya. 2002. Menyingkap Rahasia Alam Semesta : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia
  Selasa, 08-11-2016. Pukul : 16.46 WIB
[9]Harun Yahya. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung : Dzikra. Cet. Pertama edisi bahasa Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH Makalah Ushul Fiqh (LAFADZ DARI SEGI KETIDAK-JELASANNYA ( Khafi, Musykil, Mujmal, dan Mutasyabih )

CONTOH Makalah Ulumul Qur'an (TAFSIR BIL MA’TSUR DAN BIR RA’YI)

CONTOH Makalah Teori Pembelajaran (Behavioristik)